bisnis online

Tuesday, June 18, 2013

Revitalisasi asset - Perencanaan yang menyeluruh.

Dari seorang teman yang bekerja di BPPT saya memperoleh informasi bahwa dia memimpin proyek pembangunan fasilitas pengolahan bioethanol di wilayah Kismantoro tahun 2005-2007. Desain dan peruntukan fasilitas itu adalah mengolah bahan baku sorghum menjadi bahan bakar alternatif (bio-ethanol) yang sustainable. Sebuah ide yang luar biasa bukan? Betul-betul gagasan yang brilliant jika saja si perumus proyek tidak lupa memastikan bahwa di Wonogiri tidak lagi ditanam Sorghum !! (Saya check dengan ortu yang mengalami masa 50-70an, memang waktu itu sorghum bisa ditemui dengan mudah di tegalan-tegalan sebagai alternatif tanaman pangan- tetapi sorghum sudah dilupakan sejak era 90an). Informasi dari teman saya, terpaksa dia merubah spesifikasi alat sehingga bisa di pasok dengan tetes tebu.

Ada beberapa hal yang mungkin bisa kita jadikan pembelajaran betapa pentingnya pengambilan keputusan (dalam hal ini penentuan spesifikasi alat, dan lokasi pabrik) selalu memperhatikan aspek-aspek dalam konteks yang lebih luas, bukan hanya sekedar bahwa harus ada fasilitas bio-ethanol saja.
Yang pertama, seandainya saja perencanaan pabrik di sertai dengan perumusan supply chain, tentunya akan disertai kajian ketersediaan bahan baku. Bagaimana bisa sebuah pabrik dibangun dengan spesifikasi alat berbahan baku yang tidak sesuai, tidak tersedia di sekitar lokasi dengan kalkulasi ekonomis. Sorghum memang dikembangkan di wilayah Banyuwangi - tetapi jarak tempuh ke Wonogiri tentunya tidak ekonomis. Memang pada akhirnya bahan baku bisa dipenuhi dengan tetes tebu, tetapi perlu di ingat bahwa pabrik tebu terdekat ada di wilayah Karanganyar. Jikapun bisa dibeli dari sana, bukankah itu berarti mengurangi potensi pendapatan petani lokal (Wonogiri) dan sekaligus mempertinggi biaya produksi?

Yang kedua, jika memang secara perencanaan pabrik nantinya akan dipasok dengan sorghum, secara lokasi pabrik tentu akan didekatkan dengan lahan yang potensial ditanami sorghum. Berdasarkan referensi dari wikipedia,  sorghum sangat sesuai ditanam di area yang luar biasa kering, dengan sedikit curah hujan dalam setahun. Membaca spesifikasi tanaman sorghum bicolor ini, yang langsung terbayang di benak saya adalah kawasan selatan Wonogiri. Daerah Giriwoyo bagian selatan, Paranggupito ke barat hingga Pracimantoro, adalah pelanggan tetap tangki air setiap musim kemarau. Artinya, curah hujan sangat minim yang mengakibatkan palawija - bahkan singkong sekalipun - kesulitan untuk bisa tumbuh. Tapi hal yang sama tidak berlaku bagi sorghum!! Justru sorghum akan tumbuh dengan baik dengan karakteristik curah hujan dan kondisi air tanah yang semacam ini, dan tentunya bukan di wilayah Kismantoro yang 'relatif' melimpah. (Mungkin saja Kismantoro mengalami dampak kekeringan ketika kemarau, tetapi tidak separah wilayah selatan Wonogiri).

Yang ketiga, jika saja ada perencanaan yang matang dalam pengambilan keputusan instalasi infrakstruktur ini, tentunya bisa menjadi alternatif solusi untuk kepentingan yang lebih luas - petani kecil, dan potensi PAD bagi Wonogiri. (Saya tidak menyebutkan sebagai investasi karena saya tidak tahu keputusan instalasi infrastruktur bio-ethanol ini sifatnya proyek pusat atau bagaimana).  Jika saja instalasi ditempatkan di Pracimantoro - misalnya, maka beberapa keuntungan sekaligus bisa di peroleh. Seperti misalnya bekembangnya industri di kawasan selatan. Jika ada industri, tentunya infrastuktur (jalan dan komunikasi) akan bisa di prioritaskan di wilayah itu. Selanjutnya jika ada pabrik berbahan baku sorghum, petani di wilayah yang terdampak kekeringan akan memiliki sumber penghasilan ketika musim kemarau. Pabrik bio-ethanol tentunya akan lebih ekonomis jika beroperasi sepanjang tahun. Yang itu berarti petani juga bisa bertanam sorghum sepanjang tahun. Ujung-ujungnya adalah peningkatan penghasilan petani, dan bergeraknya roda ekonomi.

Anyway, just my 2 cents. Semoga saja semakin banyak pemikir dan pemimpin Wonogiri yang fokus pada pengembangan wilayah kita. Kita doakan secara berjamaah. Amin.


-=0 Melbourne puncak winter 2013. Membayangkan naik motor di jalur selatan antara Giribelah - Eromoko di musim kemarau. Panasnya udara plus debu yang menyembur ke muka, tak terlupakan. 0=-



1 comment:

lesnapurnawan said...

saya turut mengamini...semoga 2014 wakil rakyat kita benar2 siap membangun wonogiri lebih baik dan 2015 bupati kita baru dan ngerti potensi sesungguhnya wonogiri. salam dar lesna purnawan.